Desa Penglipuran Bangli di Bali

Desa Penglipuran Bangli di Bali

Desa Penglipuran Bangli Bali
Desa Penglipuran Bangli Bali

Desa Penglipuran adalah desa adat dari Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Desa ini terkenal sebagai salah satu destinasi wisata di Bali karena masyarakatnya yang masih menjalankan dan melestarikan budaya tradisional dalam kehidupan mereka sehari-hari. Arsitektur bangunan dan pengolahan lahan masih mengikuti konsep Tri Hita Karana, Yaitu filosofi masyarakat Bali mengenai keseimbangan hubungan antara Tuhan, Manusia, dan lingkungannya.

Masyarakat desa panglipuran berhasil membangun pariwisata yang menguntungkan seluruh masyarakatnya sendiri tanpa menghilangkan budaya dan tradisi mereka. Pada tahun 1995, desa Penglipuran juga mendapatkan penghargaan Kalpataru dari pemerintah atas usahanya melindungi hutan bambu di ekosistem lokal.

Saat memasuki desa ini kamu akan disambut dengan udara dan pemandangan yang sejuk serta asri dengan “pagar” tanaman yang menghiasi seluruh area desa. Ketika kamu mengelilingi desa panglipuran dilarang menggunakan kendaraan bermotor. Hal ini diwajibkan guna menjaga lingkungan agar tetap asri dan bebas dari polusi.

Tata Ruang Desa Berkonsep Tri Mandala

Desa Penglipuran memiliki patokan adat yang sudah turun temurun. Desa ini dibangun dengan Konsep Tri Mandala, di mana tata ruang desa dibagi menjadi tiga wilayah yakni Madya Mandala, Utama Mandala, dan Nista Mandala.

Pembagian wilayah desa tersebut diurutkan dari wilayah paling utara hingga paling selatan desa. Di wilayah utara, ada Utama Mandala. Wilayah ini merupakan tempat suci atau tempat para dewa. Di sini pula tempat beribadah didirikan.

Bagian tengah desa, adalah zona yang disebut sebagai Madya Mandala. Dan zona tengah merupakan pemukiman penduduk, dimana rumah-rumah penduduk dibangun berjajar di sepanjang jalan utama. Sedangkan, wilayah paling selatan disebut dengan Nista Mandala. Tempat ini adalah zona khusus untuk pemakaman penduduk.

Hutan Bambu Jadi Pelindung Desa

Desa Penglipuran terdapat hutan bambu yang luasnya mencapai 45 hektare atau sekitar 40 persen dari luas keseluruhan desa. Hutan bambu yang mengelilingi desa panglipuran terus dijaga dan dilestarikan sampai saat ini sebagai bentuk pelestarian warisan dari para leluhur dan wujud nyata dalam menjaga keseimbangan antara alam dan manusia.

Masyarakat setempat juga percaya, bahwa hutan bambu ini bagian dari awal sejarah keberadaan mereka. Selain itu, hutan bambu ini juga berfungsi untuk memperindah dan juga memiliki fungsi sebagai kawasan resapan air. Alasan ini yang membuat hutan bambu tersebut kerap disebut sebagai hutan pelindung desa.

Ritual Keagamaan Yang Rutin Digelar

Desa Penglipuran juga memiliki ritual keagamaan yang terus dilakukan. Salah satunya adalah “Ngusaba” yang biasa dilakukan untuk menyambut Hari Raya Nyepi.

Selain itu, setiap 15 hari sekali, masyarakat Desa Penglipuran juga akan datang ke Pura Penataran untuk sembahyang. Ritual ini terus dilakukan karena sudah diajarkan oleh para ketua adat dan merupakan ajaran yang diwariskan oleh para leluhur mereka.

Kuliner Desa Panglipuran

Desa Penglipuran juga ada kuliner khas yaitu Loloh Cemcem minuman khas yang terbuat dari daun cemcem atau daun kloncing. Mempunyai khasiat untuk melancarkan pencernaan. Dan Minuman ini juga dibuat secara tradisional oleh masyarakat. sehingga dijamin tidak menggunakan pengawet atau pemanis buatan.

Untuk makanan ada tipat cantok yaitu ketupat khas Bali. Ketupat yang disajikan dengan sayuran rebus kemudian disiram dengan bumbu kacang.

Penglipuran village festival

Acara ini diselenggarakan diakhir tahun dengan rangkaian kegiatan, mulai dari parade pakaian adat Bali, parade seni budaya, Barong Ngelawang, dan berbagai macam lomba lainnya.

Setiap agenda ini diadakan, biasanya jumlah wisatawan akan membludak untuk menyaksikan berbagai kegiatan yang memamerkan seni dan budaya khas Bali.

Baca juga artikel Tips Liburan Murah Di Bali dan Sewa Motor Bali